Kamis, 18 September 2008

Pecundang Paling Gagah

Jika hari ini aku ditakdirkan sebagai pecundang, aku akan menjadi pecundang yang lebih gagah daripada pemenang. Namun jika aku diberi kesempatan untuk menang, aku tidak akan meniru para pecundang yang lekas puas dengan kemenangan. Aku sadar, menang-kalah hanya soal sudut pandang. Tak masalah, apakah aku akan menang atau kalah, aku hanya akan mengeluarkan kemampuan terbaik. Dengan demikian, aku tidak akan menyesal.

Tidak ada sesal karena aku telah memberikan yang terbaik, meski kadang hasil tak membawaku pada kemenangan. Usaha-usaha itu adalah investasi yang akan ku panen esok hari. Jadi, yang hari ini nampak sebagai kekalahan, belum tentu esok hari menampilkan wajah serupa. Itu hanya soal sudut pandang. Kekalahan hari ini adalah ilmu yang berhasil ku curi dari masa depan. Ia mengajariku strategi yang lebih baik untuk langkah-langkah selanjutnya. Bukankah pengalaman adalah guru berharga? Maka, jika hari ini kau meratap, mengeluh, dan mengumpat karena kekalahan, berpikirlah ulang. Bisa jadi kejengkelanmu berbalik menjadi motivasi berlipat yang mampu memperbaiki keadaan.

Mengapa kau merasa kalah padahal kau hebat? Apakah hanya karena ketidakmampuanmu menyaingi perolehan seseorang, lantas kau merasa kalah? Apakah karena kau kurang dalam satu hal, maka kau menyematkan label pecundang?

Kekurangan dan kekalahan tidak akan menghambat kakimu, selagi kau menemukan sepatu yang nyaman untuk berlari. Dan, jika akhirnya kau memutuskan untuk mendaki ketinggian, ciptakanlah tanggamu sendiri. Menaiki tangga milik orang lain belum tentu cocok bagi jangkauan kaki. Sayang, kita acap abai dengan kelebihan karena silau dengan standar yang dibebankan ‘kurikulum’ kehidupan.

Aku tidak sedang ingin menggurui. Namun, pepatah usang itu memang benar. Di balik kekurangan, selalu terselip kelebihan. Tuhan melahirkan kekurangan dan kelebihan dalam satu paket penciptaan. Masalahnya, kekurangan dan kelebihan memiliki banyak anekaragam. Manusia tak ada yang sama, bukan? Jika kau ingin berlari, pakailah sepatumu sendiri. Jangan memaksa diri memakai sepatu orang lain, yang ukurannya belum tentu pas di telapak kaki. Setiap orang memang berbeda, jadi jangan melulu ingin memenangi sesuatu hanya karena tak ingin kalah. Kau punya kekuatan sendiri, dan kau dapat mengukur dengan perkiraan yang paling tepat.

Jika kau merasa kalah, itu artinya kau mulai mengenali titik lemah. Bukankah itu adalah kata kunci yang akan membawamu memperbaiki diri? Jika hari ini kau merasa kalah, sebaiknya kau menjadi pecundang paling gagah yang secepat kilat berdiri tegak menantang gempuran. Keteguhan itu akan membantumu mengumpulkan kekuatan untuk mencuri kemenangan.

Dan, sesungguhnya kemenangan masih jauh dari jangkauan. Setiap hari adalah pertempuran yang mempertemukan kita pada kekalahan. Namun, kekalahan tak hadir sekadar menjadi momok yang menakutkan, ia justru lahir untuk menyelamatkan kita dari kebodohan dan kesombongan.

Anggra, 23.08.08

2 komentar:

  1. haha...
    aku suka judulnya...pecundang...tapi paling gagah....^_^

    gmn kabar nih, anggra the inspirator?

    BalasHapus