Rabu, 11 Maret 2009

Obituari


Sejauh ini aku tahu, kehilangan bisa datang sewaktu-waktu sebagai konsekuensi hukum kehidupan yang mensyaratkan ketidakabadian. Ada yang datang, ada yang pergi. Ada yang lahir, ada yang meninggal. Ya, rasanya kita memang tidak bisa bersembunyi.
Sebagai manusia, kadang naluri berseberangan dengan teori. Aku tahu kehilangan akan datang. Tapi sering gagap menghadapinya. Apalagi, ketika yang pergi adalah orang-orang yang kita kasihi atau sesuatu yang kita rengkuh mati-matian.
Ya, manusia...

Baca Selengkapnya? ...

Minggu, 22 Februari 2009

Menyumpal Durhakaku




Setiap orang punya cara pandang. Tak perlu memperkosa pemikiran orang-orang agar semua jadi seragam. Aku tak sama dengannya, itu hal biasa. Tak perlu heran dan dipermasalahkan. Dia punya landasan, aku punya alasan. Lantas, apa lagi yang diributkan?

Baca Selengkapnya? ...

Senin, 10 November 2008

Kalah Terhormat

Apakah aku harus diam di sudut saat tawa bahana bergelora?
Ataukah aku menahan sakit hati seorang diri?
Mestikah meratapi dan terus menerus mengutuk keadaan?

Baca Selengkapnya? ...

Rabu, 22 Oktober 2008

Dalam Hening

Aku tak sedang menjadi apa atau siapa
Aku diam hanya ingin diam
Diam-diam merayakan diam
Diam-diam melumat diam

Teringat subuh
Aku amnesia dalam terjangan insomnia
Kabut, embun, dan azan
Selain itu sepi
Sepi yang ku kagumi
Sepi yang ku tunggu berhari-hari

Tiba-tiba teringat mutilasi

Baca Selengkapnya? ...

Kamis, 18 September 2008

DIALOG CINTA

(Bolehkah Aku Tidak Mencintaimu Sedetik Saja?)

Wahyu menatapku dengan tatapan lembut. Tangannya menggenggam tanganku. Musik mengalun, lilin temaram jadi penerang. Suasana remang menerbitkan sebuah pertanyaan yang terus mengambang.

Bolehkan aku tidak mencintaimu sedetik saja?” Wahyu menatapku terkejut. Kerut di dahinya kentara sebagai perlambang ketidaknyamanan. ”Boleh tidak?” Aku pura-pura tercenung agar terkesan sungguh-sungguh. Wahyu menatapku lama, tanpa kata-kata. Aku memilin ujung rambut.

”Apakah harus dijawab?” Wahyu menerawang. Aku mengangguk. Cukup lama kami terdiam, sampai ia mau membuka mulut.

”Tidak boleh!”

Aku tertawa. ”Sudah ku duga.” Aku memejamkan mata. “Kenapa?” lanjutku.

Anggra, 17.09.08

Baca Selengkapnya? ...

Pecundang Paling Gagah

Jika hari ini aku ditakdirkan sebagai pecundang, aku akan menjadi pecundang yang lebih gagah daripada pemenang. Namun jika aku diberi kesempatan untuk menang, aku tidak akan meniru para pecundang yang lekas puas dengan kemenangan. Aku sadar, menang-kalah hanya soal sudut pandang. Tak masalah, apakah aku akan menang atau kalah, aku hanya akan mengeluarkan kemampuan terbaik. Dengan demikian, aku tidak akan menyesal.

Tidak ada sesal karena aku telah memberikan yang terbaik, meski kadang hasil tak membawaku pada kemenangan. Usaha-usaha itu adalah investasi yang akan ku panen esok hari. Jadi, yang hari ini nampak sebagai kekalahan, belum tentu esok hari menampilkan wajah serupa. Itu hanya soal sudut pandang. Kekalahan hari ini adalah ilmu yang berhasil ku curi dari masa depan. Ia mengajariku strategi yang lebih baik untuk langkah-langkah selanjutnya. Bukankah pengalaman adalah guru berharga? Maka, jika hari ini kau meratap, mengeluh, dan mengumpat karena kekalahan, berpikirlah ulang. Bisa jadi kejengkelanmu berbalik menjadi motivasi berlipat yang mampu memperbaiki keadaan.

Mengapa kau merasa kalah padahal kau hebat? Apakah hanya karena ketidakmampuanmu menyaingi perolehan seseorang, lantas kau merasa kalah? Apakah karena kau kurang dalam satu hal, maka kau menyematkan label pecundang?

Anggra, 23.08.08

Baca Selengkapnya? ...

Selasa, 09 September 2008

Menumbuhkan Sayap

Thomas Alfa Edison pernah mengalami musibah dramatis. Pada tahun 1914, laboratorium tempat Edison menghasilkan banyak temuan-temuan penting, terbakar hebat. Kerugiannya mencapai dua juta dolar. Padahal, di dalamnya terdapat proyek-proyek penting.

Edison menyaksikan tragedi itu dengan ketenangan luar biasa. Bahkan, ia menganggap peristiwa itu adalah momen unik yang hanya dapat disaksikannya sekali seumur hidup. Karena itulah, matanya tak melewatkan hancurnya laboratorium itu sedetik pun.

Dimuat di kolom 'Thing Anggrahini KD' Suara Merdeka, minggu pertama Juli 2008

Baca Selengkapnya? ...