Apakah aku harus diam di sudut saat tawa bahana bergelora?
Ataukah aku menahan sakit hati seorang diri?
Mestikah meratapi dan terus menerus mengutuk keadaan?
Senin, 10 November 2008
Kalah Terhormat
Langganan:
Postingan (Atom)
Sudut-sudut kontemplasi yang tak kau mengerti belum mati. Tangga langit tengah menyibak awan cendawan untuk mempersembahkan sebuah pintu... Inilah aku! Memecah cangkang inferiority untuk melahap segala oportunity. Niscaya!
Apakah aku harus diam di sudut saat tawa bahana bergelora?
Ataukah aku menahan sakit hati seorang diri?
Mestikah meratapi dan terus menerus mengutuk keadaan?
Benarkah kekalahan selalu harus dihadirkan dengan tangis, ratap, murung, dan sakit hati?
Benarkah tidak ada episode yang lebih indah dibanding menikmati kekalahan dengan kerelaan?
Bukan hendak menyerah dan lantas terjerembab dalam inferioritas...
Bukan hendak mengalah dan terjun bebas dalam miskin oportunitas...
Sekali saja, renungi sebuah kekalahan dengan keridhaan.
Aku tidak akan mati karena kalah.
Aku tidak takut kalah.
Aku tahu, hidup butuh perjuangan dan harus diperjuangkan.
Detik demi detik adalah pertempuran.
Aku pahlawan.
Kekalahan hanyalah kerikil kecil yang membuat kakiku lebih hati-hati.
Cukup, tak ada tangis, apalagi sakit hati.